Sabtu, 24 Agustus 2013

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Diflunisal merupakan derivat difluorofenil dari asam salisilat, tetapi secara in vivo siubah menjadi asam salisilat yang dapat digunakan untuk pengobatan analgetik. Obat ini lebih poten daripada asetosal sebagai analgetik dan anti-inflamasi, tapi tidak punya efek antipiretik.

Indikasi:
Nyeri dan radang pada penyakit rematik dan gangguan otot skelet lainnya, nyeri ringan sampai sedang termasuk dismenorea.

Farmakokinetik:
Setelah pemberian oral, kadar puncak dicapai dalam 2-3 jam. 99% akan terikat di albumin dan waktu paruh berkisar 8-12 jam.

Interaksi:
- Antasida : menurunkan kadar plasma diflusinal
- AINS lain : meningkatkan resiko iritasi dan perdarahan saluran cerna
- Beta bloker : mengurangi efek antihipertensi dari beta bloker dan antihipertensi lain
- Sefamandol, sefaperazon, asam valproat : meningkatkan resiko hipoprotombinemia
- Siklosporin : meningkatkan resiko nefrotoksisitas
- Heparin, antikoagulan oral dan antitrombolotik: meningkatkan waktu pembekuan darah dan resiko perdaahan

Kontraindikasi:
Riwayat hipersensitivitas terhadap deksketoprofen, pasien yang pernah mengalami asma, rhinitis akut, atau polip nasal, edema angioneuritik yang diinduksi obat lain dengan cara kerja yang serupa.

Dosis:
- Nyeri : Dosis awal 500 mg, kemudian 250-500 mg sehari, maksimal 1.5 g
- Osteoartrithis : reumatoid artritis 0.5-1 g sehari sebagai dosis tunggal sehari atau dalam 2 dosis terbagi.
- Dismenorea : dosis awal 1 g kemudian 500 mg setiap 12 jam.

Semoga bermanfaat, Terima kasih
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

sumur gali:
Anonim, 2008, Informasi Obat Nasioanal Indonesia, BPOM, Jakarta

0 komentar :

Posting Komentar