Senin, 13 Mei 2013

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Pengertian
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir (Farmakope Indonesia IV)
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar (Farmakope Indonesia III)

Pemerian Salep
- Tidak boleh berbau tengik
- Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau obat narkotika adalah 10%

Dasar / basis salep
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi menjadi 4 kelompok yaitu
1. Dasar salep hidrokarbon
2. Dasar salep serap
3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
4. Dasar salep larut dalam air

Pemilihan basis salep disesuaikan dengan kebutuhan atau sifat salep yang diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:
1. Laju pelepasan bahan obat dari basis
2. Peningkatan absorpsi perkutan oleh basis dari bahan obat
3. Kelayakan melindungi kelembapan kulit
4. Jangka waktu obat stabil dalam basis
5. Pengaruh obat terhadap kekentalan atau hal lain dari basis

Syarat Basis Salep
1. Stabil - Bebas inkomp, stabil penyimpanan pada suhu kamar
2. Lunak - Zat halus, Lunak
3. Mudah dipakai
4. Harus kompatibel secara fisika dan kimia, tidak boleh rusak
5. Homogen - Terdistribusi merata

Penggolongan Salep
Berdasarkan kerja farmakologi
1. Salep epidermik
Dimaksudkan hanya bekerja dipermukaan kulit untuk menghasilkan efek lokal. Diharapkan tidak diserap dan hanya berlaku sebagai pelindung, antiseptik, astrigen melawan rangsangan.
2. Salep endodermik
Dimaksudkan untuk melepaskan obat ke kulit tetapi tidak menembus kulit, diserap sebagian saja. Salep ini dapat berlaku sebagai emolien, stimulan dan lokal iritan.
3. Salep diadermik
Dimaksudkan untuk melepaskan obat menembus kulit dan menimbulkan efek konstitusi (efek terapi yang diinginkan). Namun hal ini tidak lazim digunakan dan termasuk pemakaian khusus obat-obat seperti senyawa raksa, iodida, dan belladona. Dasar salep yang terbaik digunakan adalah lanolin, adeps lanae dan oleum cacao

Berdasarkan Penetrasi
1. Mempunyai efek permukaan
Memiliki aktivitas membentuk lapisan film yang bertujuan untuk mencegah hilangnya kelembaban, efek membersihkan ataupun sebagai antibekteri. Basis harus mudah kontak dengan permukaan dan melepaskan zat aktif ke sasaran
2. Mempunyai efek pada stratum korneum
Contoh sunscreen yang mengandung asam p-amino benzoat yang berpenetrasi kelapisan kulit yang paling dalam
3. Mempunyai efek epidermal
Zat aktif dapat penetrasi kelapisan kulit paling dalam

Metode Pembuatan Salep
1. Metode Pelelehan
Zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai membentuk fasa yang homogen
2. Metode Triturasi
Zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan digunakan sebagai salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis

Aturan Salep
Peraturan 1 - Zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep bila perlu dengan pemanasan rendah. Contoh : Ungt. Iecoris Asseli (salep minyak ikan)
Peraturan 2 - Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu menyerap air tersebut. Contoh : Kalii Iodid
Peraturan 3 - Zat yang kurang larut dan tidak larut dalam dasar salep diserbuk haluskan dan diayak dengan derajat ayakan 100. Contoh : Zn Oxyd
Peraturan 4 - Salep yang dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk hingga dingin. Contoh : Asam Undesilinat dalam PEG 400 dan PEG 4000

Fungsi Salep
1. Bahan pembawa substansi obat
2. Bahan pelumas kulit
3. Pelindung kulit

Semoga bermanfaat, Terima kasih
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

sumur gali:
Anief, M., 2004, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia IV, Depkes RI, Jakarta
Cermin Dunia Kedokteran No 130, 2001 hal 28
Gennaro, A.R., 1998, Remington's Pharmaceutical Science 18th Edition, Marck Publishing, Easton
Jenkins, G.L., et al., 1957, Scoville's The Art of Compounding, 9th ed, Mac Graw Hill Book Co. Inc, New York

0 komentar :

Posting Komentar