Kamis, 25 April 2013

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Parasetamol atau asetaminofen merupakan obat analgetik non narkotika dan merupakan penurun suhu demam. Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam bentuk sediaan obat flua, melalui atau tanpa resep dokter.

Parasetamol sebagai analgetik dan antipiretik dapat diberikan pada kasus misal sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid, keseleo, demam imunisasi, demam flu dan lain sebagainya. Parasetamol aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapat, overdosis obat sengaja maupun tidak sengaja sering
terjadi.

Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak 1893. Parasetamol tidak bekerja sebagai antiradang, tentu saja hal ini berbeda dengan obat golongan analgetik-antipiretik lainnya. Hal ini disebabkan karena parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksida sedangkan ketika terjadi radang (inflamasi) terdapat leukosit yang melepaskan peroksida, sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna.

Diantara obat analgsik lain, asetaminofen mempunyai efek samping paling ringan dan aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak dibawah umur 2 tahun sebaiknya digunakan parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter.



Kata parasetamol berasal dari singkatan nama kimia bahan tersebut:
Amerika : N-asetil-para-aminofenol > asetominofen
Inggris   : para-asetil-amino-fenol    > parasetamol

Sifat zat berkhasiat:
Menurut Dirjen POM (1995)
Sinonim : 4-hidroksiasetanilida
Berat molekul : 151.16
Rumus empiris : C8H9NO2

Pemerian: serbuk hablur, putih, tidak berbau, sedikit pahit
Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larut dalam etanol

Farmakokinetika
Parasetamol cepat diabsorbsi, kadar serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh 2 jam. 3% dikeluarkan dalam bentuk utuh melalui urine, dan 80-90% dikonjugasikan dengan asam glukorinik atau asam sulfurik yang kemudian diekskresi melalui urine, sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya.

Farmakodinamika
Efek analgetik serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan nyeri ringan sampai sedang. Efek antiinflamasinya sangat lemah, sehingga parasetamol dan fenasetin tidak dapat digunakan sebagai antireumatik. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam-basa.

Sebagai analgetik, parasetamol bekerja dengan meningkatkan ambang rangsang rasa sakit. Menghambat sikooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terhambat, dan nyeri akan hilang. Sedangkan sebagai antipiretik (penurun panas), diduga bekerja langsung pada pusat pengatur panas tubuh di hipotalamus.

Indikasi:
Analgetik (penghilang nyeri) - Antipiretik (penurun panas)

Kontra Indikasi
- Penderita gangguan fungsi hati berat
- Penderita hipersensitif terhadap parasetamol

Efek samping:
Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol jarang terjadi. Tetapi dilaporkan terjadi ruam kulit, kelainan darah (termasuk trombositopenia, leukopenia, neutropenia), kerusakan hati dan ginjal yang disebabkan overdosis dan pemakaian jangka panjang.

Sediaan:
- Tablet : 500 mg dan 650 mg
- Sirup  : 120 mg dan 160 mg / 5ml
- Drop  : 60 mg / 0.6 ml

Perhatian:
- Hati-hati pada penderita penyakit hati dan ginjal
- Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak hilang, segera hubungi Unit Pelayanan Kesehatan
- Penggunaan pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko kerusakan hati
- Simpan pada suhu 15-30C

Hal yang perlu diketahui saat konsumsi parasetamol
- Makanlah bersama makanan atau susu
- Minumlah air putih sebanyaknya
- Hindari alkohol
- Pemakaian dewasa tidak boleh lebih dari 10 hari , anak tidak boleh lebih dari 5 hari.

Mekanisme Toksisitas
Pada dosis terapi, salah satu metabolit parasetamol bersifat hepatotoksik, didetoksifikasi oleh glutation membentuk asam merkaputri yang bersifat non toksik dan diekskresikan melalui urin. Pada keadaan over dosis produksi metabolit hepatotoksik meningkat melebihi kemampuan glutation untuk mendetoksifikasi, sehingga metbolit tersebut bereaksi dengan sel-sel hepar dan timbul nekrosis sentro-lobuler.

Gejala keracunan parasetamol terjadi melalui 4 tahap:
- Stadium I (beberapa jam pertama) : belum tampak gejala
- Stadium II (setelah 24 jam) : mual dan muntah, hasil pemeriksaan menunjukkan hati tidak berfungsi normal
- Stadium III (3-5 hari kemudian) : muntah terus berlanjut, pemeriksaan menunjukkan bahwa hati hampir tidak berfungsi, muncul kegagalan hati
- Stadium IV (setelah 5 hari) : penderita membaik atau meninggal akibat gagal hati

Penanganan:
1. Dekontaminasi

Sebelum ke Rumah Sakit:
Dapat diberikan karbon aktif (karboadsorben) atau sirup ipeka untuk menginduksi muntah dengan waktu paparan 30 menit

Rumah Sakit:
Pemberian karbon aktif. Jika diberikan metionin, maka karbon aktif tidak boleh diberikan karena menghambat metionin.

2. Antidotum
- N-asetilsistein merupakan antidotum terpilih untuk keracunan parasetamol. N-asetilsistein sangat efektif bila diberikan segera 8-10 jam yaitu sebelum terjadi akumulasi metabolit
- Metionin per oral merupakan antidotum yang efektif, sangat aman dan murah, tetapi lebih lambat diabsorbsi dibandingkan N-asetilsistein.

Sekian dan Terima Kasih,
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

sumur gali:
- actavis.co.id
- BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Jakarta : Sagung Seto
- id.wikipedia.org
- Lusiana., dan Darsono., 2002, Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol, Jurnal Kimia Vol.2, No.1
- Katzung, B.G., 2007, Basic and Clinical Pharmacology, Tenth Edition. US : Lange Medical Publication
- Sartono, 1996, Apa yang Kamu Ketahui Tentang Obat-obat Bebas dan Terbatas, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
- Widodo, R., 2004, Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan Obat, Kreasi Wacana, Yogyakarta

0 komentar :

Posting Komentar