Rabu, 17 April 2013

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Episiotomi yang dilakukan pada proses melahirkan mampu menghindari Urinary incontinence (Ibu tidak mampu menahan buanag air kecil); Prolapsed bladder (Kanting kemih turun menuju dinding vagina); Prolapsed rectum (Kantong air besar turun menuju vagina). 

Menurut Depkes RI tahun 1996, faktor yang perlu dilakukannya episiotomi antara lain:
1. Persalinan yang lama karena perineum yang kaku
2. Gawat Janin
3. Gawat Ibu
4. Pada tindakana operatif (ekstraksi cunam, vakum)

Manifestasi Klinis
1. Laserasi Perineum
Biasanya terjadi sewaktu kepala janin nampak, luas robekan didefinisikan berdasarkan kedalaman robekan:
- Derajat pertama (robekan mencapai kulit dan jaringan)
- Derajat Kedua (robekan mencapai otot-otot perineum)
- Derajat Ketiga (robekan berlanjut ke otot sfinger ari)
- Derajat Keempat (robekan mencapai dinding rektum anterior)
2. Laserasi Vagina
Sering menyertai robekan perineum, Robekan vagina cenderung mencapai dinding lateral dan dapat juga mencapai lavetor ani
3. Cedera Seviks
Jika serviks beretraksi melalui kepala janin. Terjasi pada sudut lateral ostium eksterna, kebanyakan dangkal dan perdarahan minimal.

Komplikasi yang terjadi pada episiotomi antara lain
- Perdarahan akibat terputusnya jaringan yang merusak pembuluh darah
- Infeksi akibat kemungkinan kondisi ketidak sterilan
- Hipertensi
- Gangguan psikososial

Adanya luka robekan yang terjadi setelah episiotomi biasanya akan menyebabkan rasa nyeri. Dan dimana biasanya proses penyembuhan membutuhkan waktu yang cukup lama. Terkadang pada kehamilan pertama luka yang didapatkan akan lebih sulit untuk dirawat, karena beberapa faktor antara lain faktor immunologis. Beberapa cara dapat diterapkan untuk membantu proses penyembuhan pasca episiotomi:
1. Membersihkan sebaik mungkin, mengerinkan dan mengganti pembalut secara terautur untuk mencegah terjadinya infeksi
2. Luka basah dapat dilakukan dengan mengkompres dengan rivanol, sehingga diharapkan segera kering.
3. Melakukan pekerjaan yang ringan, tidak dianjurkan mengangkat beban yang berat
4. Duduk pada kursi dengan busa empuk
5. Latihan kegel, digunakan untuk memperkuat otot sekitar luka, dilakukan dengan menahan buang air kencing selama 10 detik.
6. Banyak minum air putih dan makan buah untuk mencegah sembelit
7. Konsultasi pada Apoteker atau Dokter dalam memilih obat pereda nyeri
8. Menggunakan rok atau pakaian yang lebih longgar tapi nyaman

sebelumnya Part I

Demikian dan Terima kasih
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

sumur gali:
1. Bobak, 2004, Maternity and Gynecologic Care, Mosby Company: USA
2. Liu, D, 2008, Manual Persalinan Edisi III, EGC: Jakarta
3. Mansjoer, A., et al, 2001, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I edisi 3, Media Aescu Lapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
4. Rusda, M., 2004, Anestesi Filtrasi Pada Episiotomi, USU, Medan
5. Stoppard, M., 2007, Kehamilan dan Kelahiran, Pustka Pelajar: Jakarta
6. Wiknjosastro, H., 2002, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta

0 komentar :

Posting Komentar