Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Kelebihan krim
- Mudah menyebar merata
- Praktis
- Mudah dibersihkan atau dicuci (terutama tipe m/a)
- Cara kerja langsung pada jaringan setempat
- Tidak lengket (terutama tipe m/a)
- Memberikan rasa dingin (terutama cold cream, tipe a/m)
- Jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun
- Cukup aman digunakan untuk dewasa maupun anak, kecuali bagi pasien yang tidak direkomendasikan
- Dapat digunakan sebagai pelindung kulit (misal menghindari lecet pada lipatan kulit)
Kekurangan
- Mudah kering dan mudah rusak (terutama tipe a/m) akibat perubahan suhu atau perubahan komposisi.
- Pembuatan krim membutuhkan kondisi panas
- Mudah lengket (terutama tipe a/m)
- Jika formula tidak sesuai maka hasil akhir dipastikan tidak stabil
Bahan penyusun krim
- Zat berkhasiat
- Fase minyak
- Fase air
- Zat tambahan
Zat berkhasiat wajib diketahui sifat kimia maupun fisika. Hal ini untuk mempermudah menentukan cara pembuatan dan tipe krim yang akan dibuat.
Fase yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Pada fase minyak dapat digunakan asam stearat, adeps lanae, paraffin, minyak lemak, cetaceum, vaselin dan lain sebagainya. Sedangkan untuk fase air dapat digunakan Na tetraborat, TEA, garam hidroksida, gliserin, PEG, propilenglikol dan lain sebagainya.
Bahan tambahan yang biasanya ditambahkan antara lain:
- Pengawet
Dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitas dan mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme yang dapat merusak sediaan. Contoh: Nipagin 0.12-0.18%, Nipasol 0.02%-0.05%.
- Pendapar
Dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan. Hal ini juga erat kaitannya dengan kestabilan sediaan. Pemilihan pendapar harus memperhatikan sifat bahan penyusunnya. Perubahan pH biasanya dapat menyebabkan kerusakan pada krim.
- Sequestering
Dimaksudkan untuk membentuk kompleks dengan logam yang terdapat pada sediaan. Contoh: sitrat, EDTA
- Antioksidan
Dimaksudkan untuk mencegah terjadinya ketengikan akibat oksidasi. Contoh: tokoferol, alkil gallat, BHT, Na sulfit, K sulfit. Dapat juga digunakan sitrat atau EDTA.
Pembuatan sediaan krim dilakukan dengan melibatkan panas dan pengemulsian.
- Peleburan
Pada proses ini senyawa yang tidak larut air seperti minyak, lilin dan senyawa berair yang tahan panas dicampurkan bersama kemudian di lebur pada penangas air. Kemudian diaduk pada mortir hangat hingga panas, untuk mencegah pecah/penggumpalan mendadak.
- Melarutkan bahan dengan senyawa organik. Perlu dipertimbangkan kemampuan basis dalam menyerap pelarut tersebut serta sifat bahan penyusun, sehingga krim yang dihasilkan tidak cair atau rusak.
sebelumnya "pengertian, tipe krim dan pemilihan dasar krim"
selanjutnya "stabilitas krim, evaluasi dan daftar pustaka"
Semoga bermanfaat, Terima kasih
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
0 komentar :
Posting Komentar